Naskah Drama
Timun Emas
Timun Emas
Babak 1
Narator :
“Alkisah, pada zaman dahulu kala hiduplah seorang janda bernama Mbok Sirni di
sebuah desa kecil. Ia bekerja sebagai petani kecil. Ia menginginkan seorang
anak agar dapat membantu dan menemani ia bekerja.”
Mbok Sirni : “Akhirnya, pekerjaanku di
ladang hari ini sudah selesai. Seandainya saya memiliki seorang anak, pasti
saya tidak selelah ini.”
Narator :
“Suatu hari, ia didatangi oleh seorang raksasa.”
Raksasa :
“Wahai petani kecil, jikalau engkau menginginkan seorang anak, akan kuberikan
engkau seorang anak. Akan tetapi, dengan syarat apabila anak itu berusia enam
tahun harus diserahkan kepadaku itu untuk disantap.”
Mbok Sirni : “Baiklah tuan, saya setuju
dengan persyaratan tuan.”
Raksasa :
“Ini biji mentimun , rawatlah biji ini di ladangmu.”
Narator :
“Setelah dua minggu, diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling
besar dan berkilau seperti emas.”
Mbok Sirni : “Wah, buah ini besar sekali!.
Baiklah, akan ku belah buah itu dengan hati-hati.”
Narator :
“Ternyata, isi buah tersebut adalah seorang bayi cantik.”
Bayi :
“Oeek…….”
Mbok Sirni : “Wah, cantik sekali kamu, nak. Mulai
sekarang, ibu akan memanggilmu Timun Emas karena kamu berasal dari timun yang
bewarna emas.”
Babak 2
Narator :
“Semakin hari, Timun emas tumbuh menjadi gadis jelita yang rajin membantu
ibunya.”
Timun Emas : “Ibu, saya pergi mencari kayu
bakar dulu ya.”
Mbok Sirni : “Iya, hati-hati ya nak. Jangan
pulang terlalu malam, nanti kamu tersesat.”
Narator :
“Beberapa saat kemudian, datanglah raksasa untuk menagih janji Mbok Sirni.”
Raksasa :
“Wahai petani kecil, saya datang kesini untuk menagih janjimu 6 tahun. Cepat
serahkan anak itu ! Sekarang saya sangat ingin memakan seorang bocah.”
Narator :
“Karena Mbok Sirni amat ketakutan, maka ia mengulur janjinya.”
Mbok Sirni : “Begini tuanku, saya punya
saran. Maukah anda datang kesini dua tahun kemudian?. Saya yakin, bila semakin
dewasa, anak ini pasti semakin enak untuk disantap.”
Raksasa :
“Mmm…. , bagus juga saranmu. Baiklah, saya akan datang kesini dua tahun
kemudian untuk menagih janjimu.”
Babak 3
Narator :
“Hari berganti hari, Mbok Sirni semakin sayang pada timun emas, namun setiap
kali ia teringat akan janjinya, hatinyapun menjadi cemas dan sedih.”
Timun Emas : “Bunda, ini sudah larut malam,
kenapa bunda belum tidur? Dan, kenapa bunda tampak sedih, apakah bunda memiliki
masalah?”
Mbok Sirni : “Tidak, anakku. Bunda tidak
memiliki masalah. Mari kita tidur, bunda akan menceritakan sebuah dongeng
untukmu.”
Timun Emas : “Hore, terima kasih bunda.”
Babak 4
Narator :
“Suatu malam, Mbok Sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia harus menemui petapa
di Gunung Gundul. Paginya ia langsung pergi ke sana.”
Mbok Sirni : “Timun Mas, bunda akan pergi ke
Gunung Gundul untuk beberapa hari. Bila kamu lapar, ibu sudah menyiapkan nasi
dan ikan asin goreng di dapur. Jangan kemana-mana ya, nanti kamu tersesat.”
Timun Emas : “Bunda, bolehkah saya ikut?”
Mbok Sirni : “Maaf, anakku. Kamu tidak dapat
ikut bunda. Kamu harus menjaga rumah kita.”
Timun Emas : “Baiklah bunda.”
Babak 5
Narator :
“Setelah Mbok Sirni sampai di Gunung Kidul, ia menolong seseorang yang hampir
terjatuh dalam anak sungai. Ternyata orang tersebut adalah seorang petapa.”
Petapa :
“Terima kasih engkau telah menolongku, ternyata engkau seorang yang murah hati.
Ini kuberikan 4 buah bungkusan kecil ini, masing-masing didalamnya terdapat
biji mentimun, jarum, garam,dan terasi untuk menyelamatkan anakmu dari
raksasa.”
Narator :
“Namun, ketika Mbok Sirni mau mengucapkan terima kasih, petapa tersebut
menghilang begitu saja.”
Babak 6
Narator :
“Mbok Sirni pun pulang ke rumahnya. Sesampai dirumah, ia menceritakan semua
yang telah terjadi kepada Timun Emas.”
Timun Emas : “Bunda, saya amat takut dimakan
oleh si Raksasa itu, dan juga saya takut berpisah dengan bunda.”
Mbok Sirni : “Oh, anakku. Bunda sangat
menyayangimu dan takut kehilanganmu. Ini, bungkusan ini bunda berikan untukmu.
Gunakan ini saat kamu berhadapan si Raksasa itu. Sebelum itu, berdoalah kepada
Sang Pencipta untuk diberi perlindungan dari-Nya.”
Timun Emas : “Baiklah bunda, saya akan
berusaha mengikuti saran bunda.”
Babak 7
Narator :
“Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji.”
Raksasa :
“Wahai petani kecil, aku datang kesini untuk menagih janjimu! Cepat serahkan
anak itu, aku amat ingin memakannya! Hahaha……”
Mbok Sirni : “Anakku, cepat lari lewat pintu
belakang rumah kita!”
Timun Emas : “Baiklah bunda.”
Narator :
“Raksasapun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan bungkusannya, maka
ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat
buahnya. Raksasapun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga
raksasa. Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon
bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa
terus mengejar.Timun emaspun membuka bingkisan garam dan
ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya
raksasa dapat melewati. Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi,
seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasapun mati.”
Timun Emas : “Terimakasih Tuhan, Engkau telah
melindungi hambamu ini”
Narator :
“Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.”
****
TAMAT ****
No comments:
Post a Comment